Home

Minggu, 09 Oktober 2011

PULAU RAMBUT

Kepulauan Seribu memang membuat Jakarta berbeda. Karena keberadaan kepulauan inilah, ibukota yang sudah hampir lumpuh karena kemacetan ini menjadi satu-satunya ibukota negara di dunia yang mempunyai taman laut nasional.

Salah satu pulau yang ada di bawah pengawasan Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (BTNLKpS) adalah Pulau Rambut, yang juga dikenal sebagai “surga burung laut”. Luas pulau ini sekitar 90 hektar, 45 hektar di antaranya adalah daratan. Pulau yang sejak 1999 ditetapkan sebagai kawasan suaka margasatwa ini memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, baik flora maupun fauna.

Pulau Rambut
Tidak ada data pasti mengapa pulau ini dinamai Pulau Rambut. Hanya ada legenda dan mitos yang diragukan kebenarannya.

Pulau Rambut pertama kali diusulkan penetapannya sebagai kawasan konservasi oleh Direktur Kebun Raya Bogor kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jakarta dengan status berupa cagar alam. Alasan penting yang mendasari usulan tersebut adalah untuk melindungi berbagai jenis burung air yang banyak terdapat di pulau tersebut. Secara resmi, Pulau Rambut ditetapkan sebagai cagar alam pada 1937 melalui Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda No. 7 tanggal 3 Mei 1937. Selanjutnya keputusan tersebut dimuat dalam Lembar Negara (Staatblat) No. 245 Tahun 1939. Sedangkan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan (Ordonansi) Perlindungan Alam tahun 1941 yang dimuat dalam Lembar Negara No. 167 tahun 1941. Pada saat itu, Pulau Rambut dinyatakan seluas 20 hektar.

Dalam perkembangannya, kondisi dan potensi Pulau Rambut terus berubah. Berdasarkan penelitian tim Pusat Pengkajian Keanekaragaman Hayati Tropika Lembaga Penelitian IPB tahun 1997, diketahui bahwa sebagian besar vegetasi mangrove (bakau) mengalami kehancuran akibat pencemaran sampah dan minyak.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, Pulau Rambut ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa oleh Menteri Kehutanan dan Perkebunan melalui Surat Keputusan Nomor 275/Kpts-II/1999 tanggal 7 Mei 1999 seluas 90 hektar, yang terdiri dari 45 hektar daratan dan 45 hektar perairan.

Secara geografis, kawasan Suaka Margasatwa Pulau Rambut terletak di antara 106⁰41’14” - 106⁰41’46” BT dan 5⁰56’47” – 5⁰ 56’57” LS, yaitu ke arah barat laut dari Pelabuhan Tanjung Priok. Sedangkan menurut administrasi pemerintah, Pulau Rambut termasuk wilayah Kelurahan Pulau Untung Jawa, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.

Pulau Rambut, diambil dari Google Earth
Mangrove dan hutan air payau menutupi dua per tiga Pulau Rambut. Hutan reboisasi terdapat di bukit, dan tiga hutan yang ada di pulau ini menjadi habitat burung pemakan ikan. Pantai barat dan utara “dihiasi” batu karang yang membentuk laguna alami. Hutan di pantai dipenuhi pandan (Pandanus tectorius). Di daerah pasang terdapat cemara laut (Casuarina equisetifolia), serta akasia dan lamtoro, yang bukan merupakan tanaman asli pulau ini.

Mangrove
Pantai Pulau Rambut
Pulau Rambut yang dulunya disebut Midburt Eiland ini merupakan pulau yang tidak dihuni oleh manusia, yang membuat burung-burung dari mancanegara sangat senang menjadikan pulau ini sebagai “klinik bersalin” mereka. Apalagi di sini banyak pohon kepuh dan kedoya, yang tingginya mencapai 15 meter.

Pohon di Pulau Rambut
Selain pemandangannya yang unik, pulau ini juga menyuguhkan aroma bulu burung, bau kotoran burung dan kalong yang mengering sehingga berwarna seperti kapur di dahan, di semak, ataupun di daun-daun.

Sebagian besar fauna penghuni Pulau Rambut adalah burung, sekitar 22 jenis burung merandai (burung air) dan 39 jenis burung darat. Sebagian besar burung air atau burung laut adalah burung penetap yang menghuni Pulau Rambut sepanjang tahun. Yang menarik, burung-burung ini memiliki perilaku migrasi ke Pulau Jawa atau pulau lain di Kepulauan Seribu untuk mencari makan pada pagi hari dan kembali ke Pulau Rambut pada sore hari untuk beristirahat.

Jenis burung laut yang hidup di Pulau Rambut antara lain cagak merah (Ardea purpurea), cagak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul karang (Egretta sacra), bluwok (Mycteria cinerea), roko-roko (Plegadis falcinellus) , pecuk ular (Anhinga melanogaster) , kuntul sedang (Egretta intermedia), dan kuntul kerbau (Bubulcus ibis).

Burung Bluwok
Burung Kuntul
Pada keadaan biasa, diperkirakan sekitar 20.000 burung hidup di pulau ini. Di bulan Maret sampai September, jumlah itu meningkat menjadi hingga 50.000 burung. Burung-burung itu diperkirakan datang dari Australia.


Burung-burung air banyak bertebaran di sekitar pantai Teluk Jakarta. Ada yang menyebar hingga Tangerang yang letaknya tidak terlalu jauh dari Pulau Rambut. Ada juga yang terbang dan mencari makan di sekitar hutan mangrove di pesisir utara Jakarta. Tapi ada juga burung yang terbang hingga Marunda dan Muara Gembong di Bekasi.

Jakarta dilihat dari Pulau Rambut
Hewan lain yang banyak dijumpai di pulau ini adalah biawak, ular, dan kelelawar buah (Pteropus vampyrus). Biawak biasanya hidup di hutan mangrove dan memakan burung-burung kecil yang jatuh saat belajar terbang. Biawak hampir bisa dilihat tiap hari, tidak seperti ular yang bukan merupakan pemakan harian. Biawak membuat lubang di bawah pohon sebagai sarang. Anak biawak yang berbadan ramping dan berkuku tajam memudahkannya untuk memanjat pohon dan mengambil telur burung. Sedangkan ular biasanya bersembunyi di dalam akar pohon, dan kelelawar bergelantungan di pohon-pohon. Biawak dan ular merupakan penyeimbang rantai makanan di pulau ini. Bila tidak ada biawak atau ular, maka bangkai-bangkai dan telur-telur burung akan membusuk dan pulau akan berbau bangkai.

Pulau Rambut tidak terbuka untuk umum karena pulau ini merupakan kawasan cagar alam untuk konservasi, penelitian ilmiah, pendidikan, dan wisata. Bagi yang ingin berkunjung harus mendapat izin dari Pusat Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta.

Bila menyusuri Pulau Rambut, disarankan menggunakan topi karena kemungkinan kepala kita akan terkena kotoran burung karena burung-burung di Pulau Rambut membuat sarang di atas pohon yang tinggi.

Untuk memudahkan pengunjung melihat burung-burung dari kejauhan, BTNLKpS membangun menara setinggi 15 meter, yang bisa memuat 10-15 orang. Di sini pengunjung dapat melihat burung-burung yang mendiami pohon. Dari kejauhan, pohon-pohon itu tampak bagaikan “pohon burung” karena sejauh mata memandang, yang terlihat memang selalu burung.

Menara Pulau Rambut
"Pohon burung"
Keunikan pulau ini bukannya tidak mencapat ancaman. Faktor alam dan manusia bisa menjadi perusak habitat di pulau ini.

Polusi laut dan keberadaan kelelawar merupakan ancaman bagi habitat Pulau Rambut. Yang paling mengancam adalah kelelawar. Belakangan ini, yang mengkhawatirkan adalah banyaknya pohon yang mati meskipun tanah di sekelilingnya subur. Kelelawar diyakini menjadi penyebabnya. Baik kelelawar dan burung menjadikan pohon tinggi sebagai tempat tinggal. Cakar kelelawar berbahaya bagi dahan dan ranting pohon. Ratusan kelelawar bergelantungan sepanjang siang sebelum akhirnya mereka pergi untuk mencari makan ketika Matahari terbenam. Tidak ada data pasti ada berapa banyak populasi kelelawar di Pulau Rambut, namun semakin banyak kelelawar akan mengakibatkan semakin banyak pohon yang mati.

Pteropus vampyrus
Ancaman lain adalah sampah. Sampah rumah tangga “dikirim” dari Jakarta dan dari sungai ke Laut Jawa, menyatu dengan pasir di hutan mangrove. Botol dan kantong plastik, barang-barang kayu dan sandal karet juga sangat membahayakan ekosistem pantai. Tumpahan minyakpun kadang ditemukan di sepanjang pantai.

Pengunjung juga bisa merupakan masalah bagi burung, apalagi bagi burung yang terganggu dengan suara bising. Pengunjung dalam jumlah banyak dilarang menginap dan tidak boleh menyalakan musik keras-keras. Perilaku burung sering terlihat aneh saat memberi makan anak-anaknya, atau saat sedang bertelur, bila mereka terusik oleh suara bising seperti suara pesawat atau suara gaduh. Mereka menjadi stres dan terkadang menyepak anak atau telurnya keluar sarang hingga terjadilah “hujan telur burung”, “hujan kotoran burung”, dan “hujan anak burung”.

Waktu terbaik mengunjungi Pulau Rambut adalah Maret-September. Selain cuaca yang bagus, pada bulan tersebut pengunjung bisa melihat burung memberi makan anak mereka dengan ikan segar yang baru ditangkap.

Untuk menuju Pulau Rambut, dapat menggunakan speedboat dari Marina Ancol dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Juga dapat berangkat dari Muara Angke dengan perahu motor (sekitar 90 menit). Atau juga dari Pelabuhan Kamal dengan perahu motor (sekitar 60 menit). Dan salah satu pilihan lagi adalah dari Tanjung Pasir, Tangerang, dengan perahu motor (sekitar 30 menit).

Pulau lain yang dekat dengan Pulau Rambut adalah Pulau Untung Jawa. Penduduk pulau ini menyediakan penginapan bagi pengunjung. Berjarak kurang dari 3 km dari Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa merupakan zona penyangga konservasi. Sayangnya, Pulau Rambut dan pulau tetangganya itu tidak memiliki fasilitas akomodasi yang baik.

Pulau Rambut - Pulau Untung Jawa, diambil dari Google Earth

Thanks for reading ^_^

Sumber:

PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



1 komentar:

  1. Bermanfaat dan sangat baik. Semoga di lanjutkan dengan mengkolaborasikan mengenai masyarakat local pulau untung jawa.

    BalasHapus