Home

Sabtu, 12 Maret 2011

TSUNAMI

Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih dari 900 km/ jam, terutama diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Istilah “tsunami” [津波] berasal dari bahasa Jepang “tsu” yang artinya pelabuhan dan “nami” yang berarti gelombang laut. Dari kisah inilah muncul istilah tsunami. Awalnya tsunami berarti gelombang laut yang menghantam pelabuhan.

Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan kedalaman 7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah laut tidak lebih dari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar di atasnya jarang merasakan adanya tsunami.
Kedalaman dan kecepatan tsunami
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang dengan jarak dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal, teluk, atau muara sungai, gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.


PENYEBAB

Tsunami terutama disebabkan oleh gempa bumi di dasar laut. Tsunami yang dipicu akibat tanah longsor di dasar laut, letusan gunungapi dasar laut, atau akibat jatuhnya meteor jarang terjadi.


TSUNAMI AKIBAT GEMPA BUMI
Tidak semua gempa bumi mengakibatkan terbentuknya tsunami. Syarat terjadinya tsunami akibat gempa bumi adalah:
1.      Pusat gempa terjadi di dasar laut;
2.      Kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km.

Tsunami akibat gempa bumi
Proses tsunami

TSUNAMI AKIBAT LETUSAN GUNUNGAPI
Pada 1883, letusan Gunung Krakatau di Indonesia mengakibatkan tsunami yang dahsyat. Ketika gelombangnya menyapu pantai Lampung dan Banten, sekitar 5000 kapal hancur dan menenggelamkan banyak pulau kecil. Gelombang setinggi 12 lantai gedung ini, kira-kira 40 m, menghancurkan hampir 300 perkampungan dan menewaskan lebih dari 36.000 orang.


TSUNAMI AKIBAT TANAH LONGSOR
Sekitar 81 juta ton es dan batuan jatuh ke Teluk Lituya di Alaska tahun 1958. Longsoran ini terjadi karena guncangan gempa bumi sebelumnya. Gelombang tsunami yang terbentuk akibat longsoran ini menjalar cepat sepanjang teluk. Tinggi gelombangnya mencapai 350-500 m saat melanda lereng-lereng gunung dan menyapu pepohonan dan semak belukar. Ajaibnya, hanya dua orang pemancing ikan yang tewas.

Tsunami akibat tanah longsor

PENYELAMATAN DIRI SAAT TERJADI TSUNAMI
Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat. Janganlah ancaman bencana alam ini mengurangi kenyamanan menikmati pantai dan lautan.

·         Jika berada di sekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah lari menuju tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi) sambil memberitahukan teman-teman yang lain.
·         Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan perahu ke laut.
·         Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan menerjang.
·         Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan pertama pada korban.



WILAYAH RAWAN TSUNAMI DI INDONESIA

Di Indonesia wilayah rawan bencana tsunami meliputi 21 wilayah, yaitu: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung-Banten, Jawa Tengah Bagian Selatan, Jawa Timur Bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak-Yapen, Balikpapan, sekurau, Palu, Talaud, Kendari.


MITIGASI BENCANA

Sampai saat ini para ilmuwan tidak dapat meramalkan terjadinya gempa bumi dan tsunami . Namun dengan melihat catatan sejarah para ilmuwan dapat mengetahui tempat-tempat yang rawan tsunami. Pengukuran tinggi gelombang dan batas landasan dari kejadian tsunami masa lalu akan berguna untuk memperkirakan dan mengurangi dampak tsunami di masa depan.

·         Batu-batu pemecah gelombang. Selain batu-batu buatan, kita bisa memanfaatkan hutan bakau.

Batu pemecah gelombang
·         Pembuatan bangunan tempat menyelamatkan diri.
·         Pembangunan dinding penahan laju tsunami. Diperlukan kerjasama dengan ahli sipil untuk mengukur kekuatannya. Efek sampingnya, jika tidak kuat, dinding itu akan roboh terbawa arus dan lebih membahayakan masyarakat.
·         Pembangunan rumah dengan tiang-tiang kokoh di atas batas tinggi gelombang tsunami.
·         Selain batu-batu buatan, untuk mengurangi laju tsunami dapat diupayakan juga dengan memanfaatkan hutan bakau (Mangrove).

Mangrove

Thanks for reading ^_^

Sumber:

PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar