Home

Jumat, 11 Maret 2011

SEPATU KACA CINDERELLA

Selop (atau sepatu) kaca Cinderella bukan terbuat dari kaca, melainkan dari bulu bajing (tupai).
Charles Perrault, yang menulis versi modern kisah tersebut pada abad 17, salah mendengar kata vair (bulu bajing) dalam dongeng abad pertangahan yang dipinjam dan diperbaruinya dengan kata verre (kaca) yang kedengarannya mirip.

Sepatu kaca
Cinderella adalah kisah kuno dan universal. Ada sebuah versi asal China abad 9 dan 340 versi lain sebelum yang dibuat oleh Perrault. Tak satupun versi tersebut menyebutkan selop kaca. Dalam kisah China “Yeh Shen”, selop tersebut terbuat dari benang emas dengan sol emas padat. Dalam versi Skotlandia “Rashie Coat”, selop tersebut dibuat dari rumpun gelagah. Dalam dongeng Perancis abad pertengahan, yang diadaptasi oleh Perrault, sepatu Cinderella digambarkan sebagai pantoufles de vair – selop dari bulu bajing.

Pantoufles de vair
Sebuah sumber mengatakan bahwa kekeliruan vair-verre terjadi sebelum masa Perrault dan dia semata-mata hanya mengulangnya. Namun ada juga yang menganggap bahwa selop kaca adalah gagasan Perrault sendiri dan sejak awal dia bermaksud menggunakannya.

Oxford English Dictionary mengungkapkan bahwa vair, yang digunakan dalam bahasa Inggris dan juga Perancis sejak setidaknya tahun 1300, berasal dari bahasa Latin varius, yaitu “sebagian berwarna”, dan merujuk pada spesies bajing yang banyak digunakan untuk pinggiran pakaian.
Perrault adalah seorang pengarang Paris dari kelas atas yang menjadi direktur Académie Française. Karyanya Tales of Mother Goose (1697), yang awalnya direncanakan sebagai hiburan untuk istana dan diterbitkan dengan nama anak laki-lakinya yang berusia 17 tahun, langsung populer dan menimbulkan sebuah genre literatur baru: dongeng. Selain Cinderalla, versi kisah-kisah klasiknya yang terkenal adalah Putri Tidur, Si Tudung Merah, Si Janggut Biru, dan Kucing Bersepatu Lars.

Selain memoles kisah Cinderalla – menambahkan tikus-tikus, buah labu, dan peri – Perralut juga mengurangi kesadisannya. Dalam buku asli abad pertengahan tersebut, saudara-saudara perempuan yang buruk rupa memotong jari kaki mereka untuk mencoba selop tersebut, dan setelah Sang Pangeran menikahi Cinderalla, Sang Raja membalas dendam pada mereka dan ibu tiri yang kejam dengan memaksa mereka berdansa sampai mati dengan mengenakan sepatu bot besi yang panas.

Dalam Three Contributions to the Theory of Sex, Freud menyatakan bahwa selop adalah simbol alat kelamin wanita.


Thanks for reading ^_^

Sumber:
Buku The Book of General Ignorance, 2006, karya Llyod dan John Mitchinson.

PS:
Silakan kalau mau copy-paste, namun kalau tidak keberatan mohon sertakan link-back ke blog ini. Terima kasih.



Related Posts:



1 komentar:

  1. ga nyangka sepatu cinderella yang sebenarnya dimaksud itu kaya gitu hehe...

    makasih infonya...

    BalasHapus